PEMBERIAN PUPUK KANDANG DAN UNSUR HARA MIKRO TERHADAP PERTUMBUHAN JAGUNG PADA ULTISOL YANG DIKAPUR
FAKULTAS
PERTANIAN
I.
PENDAHULUAN
Jagung
sebagai pangan adalah sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu
juga digunakan pula sebagai bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku
industri (Sudaryanto et al., 2006). Kebutuhan dan konsumsi jagung di Indonesia
terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya
industri yang menggunakan jagung sebagai bahan baku seperti industri makanan
dan pakan ternak.
Tanaman
jagung umumnya tidak toleran terhadap kemasaman tanah yang tinggi. Hasil
penelitian Fox (2006) disimpulkan bahwa kejenuhan Al merupakan parameter yang
lebih tepat untuk memperkirakan pengurangan hasil jagung pada tanah masam.
Tanaman jagung akan di bawah 90 % dari maksimum apabila kejenuhan Al melebihi
12 %. Bila kejenuhan Al > 40 % pertumbuhan tanaman jagung akan menurun
secara tajam (Kamprath and Foy, 2006).
Dilihat
dari luasannya, Ultisol memiliki potensi untuk pengusahaan pengembangan tanaman
jagung. Namun pemanfaatan Ultisol untuk budidaya jagung menghadapi berbagai
kendala, seperti rendahnya tingkat kesuburan dan pH serta tingginya kejenuhan
Al. Tanah ini juga rendah dalam kandungan unsur hara makro seperti P, N, K, Mg
dan kandungan unsur hara mikro seperti Zn, Mo dan Pb (Notohadiprawiro, 2006;
Bell and Edwards, 2006). Pengapuran untuk mengatasi pengaruh buruk oleh
kemasaman tanah yang tinggi merupakan salah satu cara yang sudah lama dikenal
dan diterapkan. Dengan tindakan ini, kemasaman tanah diturunkan sampai tingkat
yang tidak membahayakan bagi pertumbuhan tanaman.
Pengapuran
juga mempengaruhi ketersediaan unsur hara mikro seperti Fe, Mn, Cu dan Zn.
Penambahan kapur dapat menurunkan kelarutan unsur mikro karena terjadi
peningkatan pH, yang menyebabkan terjadinya pengendapan unsur mikro tersebut.
Pengapuran yang berlebihan dapat menyebabkan tanaman mengalami kekurangan unsur
mikro, terutama Fe, Mn, Cu dan Zn karena peningkatan nilai pH tanah
mengakibatkan bentuk kation berubah menjadi hidroksida yang tidak larut (Nyakpa
et al., 2008).
Bahan
organik tanah merupakan suatu sistem yang komplek dan dinamis, berasal dari
sisa tanaman dan hewan yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus
mengalami perubahan yang dipengaruhi faktor biologi, fisika dan kimia tanah
(Kononova, 2006). Bahan organik dapat berasal dari sisa tanaman, hewan seperti
dalam bentuk pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan sebagainya. Pupuk kandang
sebagai sumber bahan organik tanah mempunyai kandungan hara yang berbeda-beda
tergantung dari macam hewan, umur hewan, macam makanan, perlakuan dan
penyimpanan pupuk sebelum dipakai
Penambahan
bahan organik juga dapat meningkatkan kapasitas jerapan karena berbagai gugus
fungsional yang dimilikinya. Penelitian McGrath et al., (2008) cit. Salam et
al., (2008) memperlihatkan bahwa pada pH yang sama, kelarutan Cu lebih rendah
di tanah dengan kandungan bahan organik tinggi daripada di tanah dengan
kandungan bahan organik rendah. Ini menunjukkan bahwa kandungan bahan organik
di dalam tanah dapat menurunkan ketersediaan unsur hara mikro.
II.
TUJUAN
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi unsur hara mikro, pupuk
kandang dan kapur terhadap pertumbuhan tanaman jagung dan mendapatkan kombinasi
yang terbaik antara pupuk kandang, unsur hara mikro dan kapur terhadap
pertumbuhan tanaman jagung.
III.
BAHAN DAN METODE
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode percobaan pendahuluan
dengan percobaan pot dengan rancangan acak lengkap faktorial terdiri atas 3
faktor. Faktor pertama adalah 3 aras pupuk kandang sapi yaitu 0 t/ha (B0), 15
t/ha (B1) dan 30 t/ha (B2). Faktor kedua adalah 3 aras unsur hara mikro yaitu
tanpa unsur hara mikro (M0), 14 kg/ha unsur hara mikro (M1) dan 28 kg/ha unsur
hara mikro (M2). Unsur hara mikro yang dipakai adalah Fe2(SO4)3 7H2O,
MnSO4.H2O, ZnSO4.7H2O dan CuSO45H2O. Faktor ketiga adalah 2 aras takaran kapur
(CaCO3) yaitu 0 t/ha (K0) dan 16,63 t/ha (K1). Perlakuan diulang 3 kali.
Jenis
tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis tanah yang telah
diberikan Pupuk kandang dan pengapuran. tanah seberat 6 kg dicampur merata
dengan kapur, unsur hara mikro dan bahan organik sesuai takaran perlakuan,
dimasukkan dalam pot dan diinkubasikan selama 5 minggu dalam kondisi kapasitas
lapangan, setelah lama inkubasi selesai, campuran tanah tersebut dicampur
dengan pupuk basal sesuai takaran perlakuan dan diinkubasikan selama 3 hari
dalam
kondisi kapasitas
lapangan. Pada akhir inkubasi sebagian tanah diambil untuk dianalisa dan
sisanya dalam pot ditanami jagung sebanyak 3 biji per pot. Setelah tanaman
tumbuh baik (± 7 hst) diadakan penjarangan dengan menyisakan 1 tanaman yang
terbaik pada setiap pot. Pemanenan dilakukan pada fase vegetatif maksimun,
yaitu pada saat ± 15 % tanaman jagung berbunga (± 52 hst). Selama pertumbuhan
tanaman dijaga dari serangan gulma, hama dan penyakit dan kondisi kapasitas
lapangan dipertahankan dengan menambah air sebesar air yang hilang akibat
evapotranspirasi. Pada saat panen ditimbang berat segar dan berat kering trubus
maupun akar. Pada saat keluarnya bunga betina (silking phase) diambil daun ke
5, 6 dan 7 untuk penentuan Cu, Zn, Fe, Mn
Analisa data Data hasil analisa
maupun pengamatan dianalisa dengan ANOVA dan DMRT 5 %.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
analisis awal Karakteristik tanah dan pupuk kandang Tabel 2 menunjukkan bahwa
Ultisol yang dipakai untuk penelitian kandungan Al-ddnya tinggi, kationkation
basa tertukar rendah sampai sedang sehingga kejenuhan Al-nya sangat tinggi dan
pH-nya sangat masam. Tekstur tanah lempung dan kandungan bahan organik sedang
sehingga KPK-nya berharkat sedang. Kandungan P, Zn dan Cu tersedia sangat
rendah sedangkan Fe dan Mn tinggi. Kualitas tanah ini perlu ditingkatkan,
antara lain dengan penambahan kapur atau bahan organik. Pemberian kapur akan meningkatkan
pH, KPK dan menurunkan Al-dd, kejenuhan Al dan Fe maupun Mn .
Tabel 1.
macam dan takaran pupuk basal yang digunakan dalam percobaan
Jenis pupuk
|
Takaran pupuk
|
||
Kg/ ha
|
Mg/kg tanah
|
Mg/pot
|
|
NH4NO3
|
260
|
87,0
|
522
|
KH2PO4
|
400
|
133,3
|
800
|
KCL
|
100
|
33,3
|
200
|
MgSO4.7H2O
|
120
|
40
|
20
|
NaB40710H2O
|
0,5
|
0,17
|
1
|
(NH4)6Mo7O242H2O
|
0,5
|
0,17
|
1
|
Tabel
2. Karakteristik Ultisol dan pupuk kandang
Parameter
|
Tanah
|
Pupuk kandang
|
Fraksi %
-
Lempung
-
Debu
-
pasir
|
58
28
14
|
|
Kelas
tekstur
|
Lempung
|
58,12
|
KPK (
Cmol (+)kg¹
|
17,88
|
|
PH
H2O
|
4,3
|
7,1
|
PH
KCL
|
3,6
|
|
Al-dd
(Cmol (+) Kg-1
|
10,66
|
|
C
Organik (%)
|
2,64
|
23,45
|
Bahan
Organik
|
4,55
|
40,43
|
Kation
basa tertukar ( Cmol (+)Kg-1
-
Ca
-
Mg
-
K
-
Na
|
2,38
1,17
0,23
0,51
|
|
Kejenuhan
Al (%)
|
75,02
|
|
P
tersedia (ppm)
|
2,07
|
|
Unsur
Mikro tersedia (ppm)
-
Fe
-
Mn
-
Zn
-
Cu
-
N total
-
C/N
|
2,38
1,17
0,23
0,51
|
8675,12
696,27
234,55
99,25
1,22
19
|
Data
pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pupuk kandang sapi yang dipakai potensial untuk
meningkatkan kualitas tanah tersebut karena mempunyai kandungan bahan organik
dan KPK cukup tinggi, bereaksi netral, cukup terombak dan mengandung unsur Fe,
Mn, Zn dan Cu.
Tabel 3. Pengaruh takaran pupuk kandang sapi
Parameter
|
Takaran pupuk kandang sapi (t/ha)
|
||||
0 (B0)
|
15 (B1)
|
30 (B2)
|
|||
Bahan organik (%)
|
4,78 b
|
5,40 a
|
5,31 a
|
||
Zn jaringan tanaman (ppm)
|
10,1 b
|
11,6 ba
|
13,2 a
|
||
Berat segar akar (g)
|
3,35 b
|
3,91 ab
|
4,58 a
|
||
Berat kering akar (g)
|
1,87 b
|
2,38 a
|
2,53 a
|
||
Pengaruh pupuk kandang sapi
dan kapur
Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi sampai
dengan 30 t/ha masih meningkatkan kandungan bahan organik, Zn jaringan tanaman,
berat segar maupun berat kering akar. Pemberian kapur 16,63 t/ha nyata
menurunkan Zn jaringan tanaman tetapi nyata meningkatkan berat kering trubus,
berat segar maupun berat kering akar Angka yang diikuti huruf yang sama pada
baris yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut pengujian DMRT 5 %.
V. KESIMPULAN
1.
Terjadi interaksi antara pupuk kandang, takaran kapur dan unsur hara mikro
dalam mempengaruhi parameter-parameter yang diamati. Pemberian pupuk kandang
dan kapur menurunkan ketersediaan maupun konsentrasi unsur hara mikro di
jaringan, meningkatkan berat basah dan berat kering akar maupun trubu
Pengapuran menurunkan Al-dd dan kejenuhan Al tetapi meningkatkan KPK maupun pH
tanah. Pemberian unsur hara mikro meningkatkan unsur hara mikro baik
ketersediaan dalam tanah maupun konsentrasinya dalam jaringan tanaman.
2.
Dilihat dari berat segar maupun berat kering trubus, kombinasi yang terbaik
adalah B2M1 dan M1K1
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Arief,
A. Dan Irman. 1997. Ameliorasi Lahan Kering Masam untuk Tanaman Pangan.
Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Puslitbang Tanaman Pangan.
BalitbangtanDeptan. Hal. 1665-1675.
Arief.
2008. Geografi tanah Indonesia. feiraz.files.wordpress.com (diakses Mei 2009)
Anonimous.2009.Budidaya Lorong. bebasbanjir2025.files.wordpress.com (diakses
Mei 2009)
Dinas
Pertanian Jember. 2007. Budidaya Tanaman Jagung http://warintek.bantul.go.id
(diakses 8 April 2009).
Hasanudin.Ganggo,B.2004.
Pemanfaatan Mikrobia Pelarut Fospat dan Mikoriza untuk Perbaikan Fospor
tersedia,Serapan Fospor Tanah Ultisol dan Hasil Jagung.Universitas Bengkulu.
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia . 4(2) : 97-103.
Hasanudin.
2003. Peningkatan ketersediaan dan serapan N dan P serta hasil tanaman jagung
melalui inokulasi mikoriza, azotobacter dan bahan organic pada ultisol. Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia. 5(2): 83-89.
Hasanudin, Mitriani dan Barchia F.2007.
Pengaruh pengapuran dan pupuk kandang terhadap ketersediaan hara P pada
timbunan tanah pasca tambang batubara. Jurnal Akta Agrosia Edisi khusus No:
1-4.
Joy, B. 2005. Perbedaan respon keterkaitan
pH, Al-dd, serta P tersedia dari tanah masam akibat aplikasi P-alam, kalsit dan
dolomite.Jurnal Bionatura 7(3): 249-258.
Junedi, H. 2008. Pemanfaatan kompos dan
jerami padi dan kapur guna memperbaiki permeabelitas tanah ultisol dan hasil
kedelai.Proseding Seminar Nasional Sains dan Teknologi II. Universitas Lampung
17-18 November 2008.
Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah
Pertanian. Kanisus Yogyakarta.Edisi 1.
Madjid, A. R. 2009. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Bahan Ajar Online untuk mata kuliah: (1) Dasar-Dasar Ilmu Tanah, (2)
Kesuburan Tanah, dan (3) Pengelolaan Kesuburan Tanah Lanjut. Fakultas Pertanian
Unsri & Program Pascasarjana Unsri. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com
Mayadewi, NA. 2007. Pengaruh jenis pupuk
kandang dan jarak tanam terhadap pertumbuhan gulma dan hasil jagung manis.
Jurnal Agritrop. 28(4): 163-169.
Notohadiprawiro,T. 2006. Ultisol, Fakta
dan Implikasi Pertaniannya. Buletin Pusat Penelitian Marihat .No.6. 2006.
Nursyamsi, D; S.M. Nanan.; Sutisni dan I
P.G. Widjaja-Adhi. 1996. "Erapan P dan Kebutuhan Pupuk P Untuk Tanaman
Pangan pada Tanah-tanah Asam". Dalam Jurnal Tanah Tropika. Tahun II No.2.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.Bogor.
Nyakpa, Yusuf., A. M. Lubis, M. A. Pulung,
G. Amran, A. Munawar, Go Ban Hong. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung.
Lampung.
Pandang,
M.S.,dan Subandi. 1997. Sistem Usahatani Konservasi Menunjang Pendapatan Petani
Lahan Kering. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III Buku 6.
Puslitbangtan. Deptan. Hal. 1676-1686.
Rachman S.2002. Penerapan Pertanian
Organik . Edisi 5. Kanisus Jakarta. Pp 177-184.
Rahim, ES. 2006. Pengendalian Erosi
Tanah.Edisi 3. Bumi Aksara Jakarta.pp 91-106.
Radjagukguk, B. 1983. Masalah Pengapuran
Tanah Mineral Masam di Indonesia. Makalah Seminar Masalah Tanah Mineral Masam
di Indonesia. Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta.
Yuwono,NW.2006.Pupuk Hayati .
UGM.Yogyakarta.
Yulianti,
N. 2007. Reaksi Tanah .Jurnal Hijau.2(5) : 23 – 43.
0 komentar: