PEMBERIAN PUPUK KANDANG DAN UNSUR HARA MIKRO TERHADAP PERTUMBUHAN JAGUNG PADA ULTISOL YANG DIKAPUR

9/07/2017 Aq 0 Comments



PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN

I.                   PENDAHULUAN
Jagung sebagai pangan adalah sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu juga digunakan pula sebagai bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku industri (Sudaryanto et al., 2006). Kebutuhan dan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya industri yang menggunakan jagung sebagai bahan baku seperti industri makanan dan pakan ternak.
Tanaman jagung umumnya tidak toleran terhadap kemasaman tanah yang tinggi. Hasil penelitian Fox (2006) disimpulkan bahwa kejenuhan Al merupakan parameter yang lebih tepat untuk memperkirakan pengurangan hasil jagung pada tanah masam. Tanaman jagung akan di bawah 90 % dari maksimum apabila kejenuhan Al melebihi 12 %. Bila kejenuhan Al > 40 % pertumbuhan tanaman jagung akan menurun secara tajam (Kamprath and Foy, 2006).
Dilihat dari luasannya, Ultisol memiliki potensi untuk pengusahaan pengembangan tanaman jagung. Namun pemanfaatan Ultisol untuk budidaya jagung menghadapi berbagai kendala, seperti rendahnya tingkat kesuburan dan pH serta tingginya kejenuhan Al. Tanah ini juga rendah dalam kandungan unsur hara makro seperti P, N, K, Mg dan kandungan unsur hara mikro seperti Zn, Mo dan Pb (Notohadiprawiro, 2006; Bell and Edwards, 2006). Pengapuran untuk mengatasi pengaruh buruk oleh kemasaman tanah yang tinggi merupakan salah satu cara yang sudah lama dikenal dan diterapkan. Dengan tindakan ini, kemasaman tanah diturunkan sampai tingkat yang tidak membahayakan bagi pertumbuhan tanaman.
Pengapuran juga mempengaruhi ketersediaan unsur hara mikro seperti Fe, Mn, Cu dan Zn. Penambahan kapur dapat menurunkan kelarutan unsur mikro karena terjadi peningkatan pH, yang menyebabkan terjadinya pengendapan unsur mikro tersebut. Pengapuran yang berlebihan dapat menyebabkan tanaman mengalami kekurangan unsur mikro, terutama Fe, Mn, Cu dan Zn karena peningkatan nilai pH tanah mengakibatkan bentuk kation berubah menjadi hidroksida yang tidak larut (Nyakpa et al., 2008).
Bahan organik tanah merupakan suatu sistem yang komplek dan dinamis, berasal dari sisa tanaman dan hewan yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan yang dipengaruhi faktor biologi, fisika dan kimia tanah (Kononova, 2006). Bahan organik dapat berasal dari sisa tanaman, hewan seperti dalam bentuk pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan sebagainya. Pupuk kandang sebagai sumber bahan organik tanah mempunyai kandungan hara yang berbeda-beda tergantung dari macam hewan, umur hewan, macam makanan, perlakuan dan penyimpanan pupuk sebelum dipakai
Penambahan bahan organik juga dapat meningkatkan kapasitas jerapan karena berbagai gugus fungsional yang dimilikinya. Penelitian McGrath et al., (2008) cit. Salam et al., (2008) memperlihatkan bahwa pada pH yang sama, kelarutan Cu lebih rendah di tanah dengan kandungan bahan organik tinggi daripada di tanah dengan kandungan bahan organik rendah. Ini menunjukkan bahwa kandungan bahan organik di dalam tanah dapat menurunkan ketersediaan unsur hara mikro.
II.                TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi unsur hara mikro, pupuk kandang dan kapur terhadap pertumbuhan tanaman jagung dan mendapatkan kombinasi yang terbaik antara pupuk kandang, unsur hara mikro dan kapur terhadap pertumbuhan tanaman jagung.
III.             BAHAN DAN METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode percobaan pendahuluan dengan percobaan pot dengan rancangan acak lengkap faktorial terdiri atas 3 faktor. Faktor pertama adalah 3 aras pupuk kandang sapi yaitu 0 t/ha (B0), 15 t/ha (B1) dan 30 t/ha (B2). Faktor kedua adalah 3 aras unsur hara mikro yaitu tanpa unsur hara mikro (M0), 14 kg/ha unsur hara mikro (M1) dan 28 kg/ha unsur hara mikro (M2). Unsur hara mikro yang dipakai adalah Fe2(SO4)3 7H2O, MnSO4.H2O, ZnSO4.7H2O dan CuSO45H2O. Faktor ketiga adalah 2 aras takaran kapur (CaCO3) yaitu 0 t/ha (K0) dan 16,63 t/ha (K1). Perlakuan diulang 3 kali.
Jenis tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis tanah yang telah diberikan Pupuk kandang dan pengapuran. tanah seberat 6 kg dicampur merata dengan kapur, unsur hara mikro dan bahan organik sesuai takaran perlakuan, dimasukkan dalam pot dan diinkubasikan selama 5 minggu dalam kondisi kapasitas lapangan, setelah lama inkubasi selesai, campuran tanah tersebut dicampur dengan pupuk basal sesuai takaran perlakuan dan diinkubasikan selama 3 hari dalam
kondisi kapasitas lapangan. Pada akhir inkubasi sebagian tanah diambil untuk dianalisa dan sisanya dalam pot ditanami jagung sebanyak 3 biji per pot. Setelah tanaman tumbuh baik (± 7 hst) diadakan penjarangan dengan menyisakan 1 tanaman yang terbaik pada setiap pot. Pemanenan dilakukan pada fase vegetatif maksimun, yaitu pada saat ± 15 % tanaman jagung berbunga (± 52 hst). Selama pertumbuhan tanaman dijaga dari serangan gulma, hama dan penyakit dan kondisi kapasitas lapangan dipertahankan dengan menambah air sebesar air yang hilang akibat evapotranspirasi. Pada saat panen ditimbang berat segar dan berat kering trubus maupun akar. Pada saat keluarnya bunga betina (silking phase) diambil daun ke 5, 6 dan 7 untuk penentuan Cu, Zn, Fe, Mn
Analisa data Data hasil analisa maupun pengamatan dianalisa dengan ANOVA dan DMRT 5 %.
IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis awal Karakteristik tanah dan pupuk kandang Tabel 2 menunjukkan bahwa Ultisol yang dipakai untuk penelitian kandungan Al-ddnya tinggi, kationkation basa tertukar rendah sampai sedang sehingga kejenuhan Al-nya sangat tinggi dan pH-nya sangat masam. Tekstur tanah lempung dan kandungan bahan organik sedang sehingga KPK-nya berharkat sedang. Kandungan P, Zn dan Cu tersedia sangat rendah sedangkan Fe dan Mn tinggi. Kualitas tanah ini perlu ditingkatkan, antara lain dengan penambahan kapur atau bahan organik. Pemberian kapur akan meningkatkan pH, KPK dan menurunkan Al-dd, kejenuhan Al dan Fe maupun Mn .

Tabel 1. macam dan takaran pupuk basal yang digunakan dalam percobaan

Jenis pupuk
Takaran pupuk
Kg/ ha
Mg/kg tanah
Mg/pot
NH4NO3
260
87,0
522
KH2PO4
400
133,3
800
KCL
100
33,3
200
MgSO4.7H2O
120
40
20
NaB40710H2O
0,5
0,17
1
(NH4)6Mo7O242H2O
0,5
0,17
1

Tabel 2. Karakteristik Ultisol dan pupuk kandang
Parameter
Tanah
Pupuk kandang
Fraksi %
-   Lempung
-   Debu
-   pasir


58
28
14

Kelas tekstur
Lempung
58,12
KPK ( Cmol (+)kg¹
17,88

PH H2O
4,3
7,1
PH KCL
3,6

Al-dd (Cmol (+) Kg-1
10,66

C Organik (%)
2,64
23,45
Bahan Organik
4,55
40,43
Kation basa tertukar ( Cmol (+)Kg-1
-   Ca
-   Mg
-   K
-   Na

2,38
1,17
0,23
0,51

Kejenuhan Al (%)
75,02

P tersedia (ppm)
2,07

Unsur Mikro tersedia (ppm)
-   Fe
-   Mn
-   Zn
-   Cu
-   N total
-   C/N

2,38
1,17
0,23
0,51

8675,12
696,27
234,55
99,25
1,22
19

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pupuk kandang sapi yang dipakai potensial untuk meningkatkan kualitas tanah tersebut karena mempunyai kandungan bahan organik dan KPK cukup tinggi, bereaksi netral, cukup terombak dan mengandung unsur Fe, Mn, Zn dan Cu.
Tabel 3. Pengaruh takaran pupuk kandang sapi
Parameter
Takaran pupuk kandang sapi (t/ha)
0 (B0)
15 (B1)
30 (B2)
Bahan organik (%)
4,78 b
5,40 a
5,31 a
Zn jaringan tanaman (ppm)
10,1 b
11,6 ba
13,2 a
Berat segar akar (g)
3,35 b
3,91 ab
4,58 a
Berat kering akar (g)
1,87 b
2,38 a
2,53 a




Pengaruh pupuk kandang sapi dan kapur
Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi sampai dengan 30 t/ha masih meningkatkan kandungan bahan organik, Zn jaringan tanaman, berat segar maupun berat kering akar. Pemberian kapur 16,63 t/ha nyata menurunkan Zn jaringan tanaman tetapi nyata meningkatkan berat kering trubus, berat segar maupun berat kering akar Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut pengujian DMRT 5 %.
V.         KESIMPULAN
1. Terjadi interaksi antara pupuk kandang, takaran kapur dan unsur hara mikro dalam mempengaruhi parameter-parameter yang diamati. Pemberian pupuk kandang dan kapur menurunkan ketersediaan maupun konsentrasi unsur hara mikro di jaringan, meningkatkan berat basah dan berat kering akar maupun trubu Pengapuran menurunkan Al-dd dan kejenuhan Al tetapi meningkatkan KPK maupun pH tanah. Pemberian unsur hara mikro meningkatkan unsur hara mikro baik ketersediaan dalam tanah maupun konsentrasinya dalam jaringan tanaman.
2. Dilihat dari berat segar maupun berat kering trubus, kombinasi yang terbaik adalah B2M1 dan M1K1

VI.             DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. Dan Irman. 1997. Ameliorasi Lahan Kering Masam untuk Tanaman Pangan. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Puslitbang Tanaman Pangan. BalitbangtanDeptan. Hal. 1665-1675.
Arief. 2008. Geografi tanah Indonesia. feiraz.files.wordpress.com (diakses Mei 2009) Anonimous.2009.Budidaya Lorong. bebasbanjir2025.files.wordpress.com (diakses Mei 2009)
Dinas Pertanian Jember. 2007. Budidaya Tanaman Jagung http://warintek.bantul.go.id (diakses 8 April 2009).
Hasanudin.Ganggo,B.2004. Pemanfaatan Mikrobia Pelarut Fospat dan Mikoriza untuk Perbaikan Fospor tersedia,Serapan Fospor Tanah Ultisol dan Hasil Jagung.Universitas Bengkulu. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia . 4(2) : 97-103.
Hasanudin. 2003. Peningkatan ketersediaan dan serapan N dan P serta hasil tanaman jagung melalui inokulasi mikoriza, azotobacter dan bahan organic pada ultisol. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 5(2): 83-89.
Hasanudin, Mitriani dan Barchia F.2007. Pengaruh pengapuran dan pupuk kandang terhadap ketersediaan hara P pada timbunan tanah pasca tambang batubara. Jurnal Akta Agrosia Edisi khusus No: 1-4.
Joy, B. 2005. Perbedaan respon keterkaitan pH, Al-dd, serta P tersedia dari tanah masam akibat aplikasi P-alam, kalsit dan dolomite.Jurnal Bionatura 7(3): 249-258.
Junedi, H. 2008. Pemanfaatan kompos dan jerami padi dan kapur guna memperbaiki permeabelitas tanah ultisol dan hasil kedelai.Proseding Seminar Nasional Sains dan Teknologi II. Universitas Lampung 17-18 November 2008.
Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Kanisus Yogyakarta.Edisi 1.
Madjid, A. R. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online untuk mata kuliah: (1) Dasar-Dasar Ilmu Tanah, (2) Kesuburan Tanah, dan (3) Pengelolaan Kesuburan Tanah Lanjut. Fakultas Pertanian Unsri & Program Pascasarjana Unsri. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com
Mayadewi, NA. 2007. Pengaruh jenis pupuk kandang dan jarak tanam terhadap pertumbuhan gulma dan hasil jagung manis. Jurnal Agritrop. 28(4): 163-169.
Notohadiprawiro,T. 2006. Ultisol, Fakta dan Implikasi Pertaniannya. Buletin Pusat Penelitian Marihat .No.6. 2006.
Nursyamsi, D; S.M. Nanan.; Sutisni dan I P.G. Widjaja-Adhi. 1996. "Erapan P dan Kebutuhan Pupuk P Untuk Tanaman Pangan pada Tanah-tanah Asam". Dalam Jurnal Tanah Tropika. Tahun II No.2. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.Bogor.
Nyakpa, Yusuf., A. M. Lubis, M. A. Pulung, G. Amran, A. Munawar, Go Ban Hong. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Pandang, M.S.,dan Subandi. 1997. Sistem Usahatani Konservasi Menunjang Pendapatan Petani Lahan Kering. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III Buku 6. Puslitbangtan. Deptan. Hal. 1676-1686.
Rachman S.2002. Penerapan Pertanian Organik . Edisi 5. Kanisus Jakarta. Pp 177-184.
Rahim, ES. 2006. Pengendalian Erosi Tanah.Edisi 3. Bumi Aksara Jakarta.pp 91-106.
Radjagukguk, B. 1983. Masalah Pengapuran Tanah Mineral Masam di Indonesia. Makalah Seminar Masalah Tanah Mineral Masam di Indonesia. Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta.
Yuwono,NW.2006.Pupuk Hayati . UGM.Yogyakarta.
Yulianti, N. 2007. Reaksi Tanah .Jurnal Hijau.2(5) : 23 – 43.

You Might Also Like

0 komentar: