Hama Ulat Hongkong
HAMA
TANAMAN
PEMELIHARAAN
SERANGGA ULAT HONGKONG
OLEH:
NAMA:
LABORATORIUM
ILMU HAMA DAN PENYAKIT PENYAKIT TANAMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNVERSITAS
BENGKULU
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Dasar Teori
Ulat hongkong lebih dikenal dengan
sebutan MealWorm atau Yellow MealWorm dan merupakan larva dari Tenebrio Molitor. Hewan ini fase hidupnya sama dengan jenis
ulat yang lain, yaitu mulai dari telur, lalu
menetas menjadi larva sampai mencapai ukuran maksimal, larva akan
berubah menjadi pupa atau kepompong, dan
fase terakhir menjadi serangga Tenebrio Molitor (Anonymous,
2013).
Ulat hongkong
dipanen pada umur 50 sampai 60 hari sejak
menetas. Warnanya berwarna kuning dan tidak berbulu. Ukuran panjang tubuh larva dewasa bisa mencapai 33 mm dan berdiameter 3 mm (Anonymous, 2013,
Haryanto, 2013).
Ulat ini dijumpai pada toko pakan burung, ikan-ikanan, reptil
dan ternak lainnya. Ulat ini sering dijadikan
sebagai suplemen atau makanan utama pada hewan-hewan peliharaan dalam bentuk masih
hidup maupun berbentuk pelet. Ulat hongkong
di jadikan sebagai pakan favorit karena memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk hewan ternak. Kandungan nutrisi
diantaranya protein kasar 48%, lemak kasar
40%, kadar abu 3%, kadar air 57%, serta kandungan ekstra non nitrogen 8%
(Anonymous, 2013).
Di pasaran, ulat hongkong dijual
antara Rp 27.000 – Rp 40.000. Pakan yang digunakan untuk ulat hongkong, umumnya masih menggunakan polar dan jenis konsentrat lain yang murah.
Bahan konsentrat diperoleh dari limbah
pertanian; gamblong, bekatul dan bahan lainnya. Selain itu, peternak
juga menambahkan sayuran dan buah-buahan untuk meningkatkan bobot
badan ulat hongkong. Dari semua bahan tersebut, belum
diperoleh secara pasti standar kebutuhan
nutrisi ulat hongkong.
Kendala yang umumnya ditemui masyarakat adalah untuk
memenuhi sayur dan buah, umumnya peternak masih sulit mendapatkannya
dalam jumlah yang kontinyu dan terkadang peternak harus membeli. Padahal, ulat
hongkong merupakan salah satu binatang yang
cukup rakus makannya. Kota Malang
merupakan salah satu kota pendidikan di
Indonesia yang memiliki populasi penduduk yang cukup padat.
Jumlah populasi yang banyak menyebabkan menjamurnya berbagai bisnis rumah makan dan pasar-pasar yang menjual
kebutuhan pokok dan sayuran. Sehingga, jumlah sampah setiap harinya sangat
besar sekali. Hasil penelitian Haffandi (2013), jumlah gerobak yang masuk ke TPS dari jam 06.00 - 08.00 (2 jam)
berjumlah 15 gerobak. Jumlah TPS yang ada di Kota Malang, yaitu 73 TPS maka diperkirakan berat sampah di seluruh
TPS Kota Malang yaitu sebesar 33.769.800 gr (~33,8 t) dengan rata-rata berat
sampah organik organik
(wortel, sayuran hijau) sebesar 19.710.000 gr.
Salah satu solusi
pemanfaatan sampah organik adalah
dimanfaatkan sebagai pakan ulat hongkong, sebagai pakan
alternatif yang murah dan jumlahnya melimpah dan kontinyu. Perbedaan jenis pakan yang diberikan untuk ulat hongkong
menyebabkan perbedaan pada hasil panen dan bobot badan panen. Oleh
karena itu, perlu diteliti penggunaan dari limbah sayuran pasar dan
buah-buahan pada media
pakan yang berbeda terhadap produksi
ulat hongkong.
Sampah di Kota Malang belum ada yang
memanfaatkan dan rata-rata hanya diangkut oleh gerobak menuju TPA (tempat
pembuangan akhir). Di TPA sampah ini dibiarkan saja dan jika menumpuk terlalu lama akan menyebabkan bau.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana pengaruh pemberian limbah sayuran pasar dan buah-buahan pada media
pakan yang berbeda terhadap pertambahan
bobot panen ulat hongkong.
1.2
Tujuan
1.
Mahasiswa
mampu memelihara serangga kaitannya dengan rencana penelitian.
2.
Mahasiswa
memahami biologi serangga.
BAB
II
METODOLOGI
1.1
Bahan dan Alat
A. Bahan
Ulat
hongkong, bubuk kedelai sebagai pakan.
B. Alat
Pensil, kertas. Petridish besar
1.2
Cara
Kerja
1. Menyiapkan
ulat hongkong sebanyak sepuluh ekor
2. Dimasukkan
kedalam petridish sebanyak 10 ekor
3. Kemudian
dimasukkan pakan berupa bubuk kedelai sebanyak satu sendok makan
4. Kemudian
diamati perkembangan ulat setiap minggu
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
No.
|
Waktu
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Minggu 1
|
|
Pada minggu pertama ulat hongkong masih dalam keadaan
seperti biasa, keadaanya masih sama seperti saat pertamakali dimasukkan
kedalam petridish
|
2.
|
Minggu 2
|
|
Minggu kedua ulat hongkong kulitnya menghitam, warnanya
semakin gelap dan pergerakannya lemah. Dan bahkan sudah ada ulat yang ganti
kulit.
|
3.
|
Minggu 3
|
|
Pada minggu ketiga ulat hongkong berganti kulit, warnanya
menjadi putih bening.
Dan ulat tidak banyak bergerak, setelah itu ulat menjadi
pupa.
|
4.2
Pembahasan
Pertumbuhan
serangga dipengaruhi kesesuaian kondisi lingkungannya. Pengaruh ini
berbeda-beda setiap jenis serangga. Lingkungan yang sesuai akan menjadikan
metabolism dalam tubuh serangga mampu bekerja dengan baik. Khususnya ulat
hongkong, aplikasinya ulat yang dipelihara dalam
kelembaban yang lebih rendah akan mengkonsumsi pakan lebih banyak (Hartininsih
dan E.F. Sari., 2014). Ini
berkaitan dengan hasil penelitian Marlianti (2006)
dilaporkan bahwa pada kelembaban 69% konsumsi
ulat umur 46-55 sebanyak 10,4.
Baiknya metabolisme tubuh akan menjadikan perkembangan dan pertumbuhan
ulat hongkong dapat terjadi dengan baik.
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
Metabolisme yang terjadi dalam tubuh
akan menjadikan pertumbuhan dan perkembangan yang baik apabila proses
metabolisme terjadi dengan baik pula. Pertumbuhan dan perkembangan dapat
dipenggaruhi kesesuaian makanan, suhu dan kelembaban lingkungan hidupnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Haffandi, L. 2012. Analisis Sampah
Organik dan Anorganik Di TPS Kota Malang. http://linda‑haffandi.blogspot.com/2013/03/analisis-sampah-organik-dan-anorganik.html.
Diakses tanggal 21 Mei 2013.
Hartininsih dan E.F. Sari. 2014. Peningkatan
Bobot Panen Ulat Hongkong Akibat Aplikasi Limbah Sayur Dan Buahp Ada Media Pakan Berbeda. J.
Buana Sains Vol 14 No 1: 55-64
Marlanti, A. 2006. Performa Ulat Tepung (Tenebrio
Molitor L.) Pada Suhu dan Kelembaban yang Berbeda. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Terimakasih infonya. Jangan lupa kunjungi kami http://bit.ly/2Mr7sFC
ReplyDelete