Memilih Guru Agama

9/16/2017 Unknown 0 Comments

Memilih Guru Agama...
-------------------

Alhamdulillah, wa shalatu wa salamu 'ala rusulillah.

Ilmu agama adalah ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap orang, baik tua maupun muda, kaya ataupun miskin. Salah satu metode kita dalam menuntut ilmu adalah selektif memilih guru yang hendak kita ambil ilmunya. Kita dilarang untuk sembarang mengambil ilmu agama atau berguru kepada siapapun. Inilah manhaj salafus shaleh.

Diantara syarat-syarat guru yang baik dan berhak diambil ilmunya kami rangkum sebagai berikut:

1. Guru tersebut bertakwa kepada Allah dan bukan termasuk orang fasik yang terang-terangan.

2. Menyeru kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan kepada kelompok, ormas, atau lembaga-lembaganya.

3. Sesuai antara perkataan dan amalnya.

4. Ahlussunnah wal jama'ah (Pengikut sunnah dan Al-Jama'ah) dan bukan Ahlul bid'ah wal firqah (Pengikut bid'ah dan perpecahan kelompok-kelompok), meskipun mereka menyamarkan diri dengan mengaku Ahlus Sunnah.

5. Memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman salafus shaleh, tidak mendahulukan akal atau hawa nafsunya.

6. Lurus aqidahnya. Tidak menyimpang dalam memahami takdir, asma wa sifat Allah, iman, dan lain sebagainya.

7. Baik manhajnya, yakni manhaj salafus shaleh.

8. Kuat ilmunya, tidak banyak keraguan dan kerancuan. Menyandarkan ilmunya dengan atsar-atsar salafu ummah.

9. Tidak taklid buta kepada siapapun. Jika sudah Allah dan Rasul-Nya yang berkata, niscaya mereka akan "sami'na wa Athona" dan meninggalkan segala perkataan manusia yang bertentantan dengannya, meskipun perkataan itu adalah perkataan ulama besar.

Inilah beberapa point yang dapat kami ringkas dengan singkat. Mudahnya semua point-point di atas terfokus pada dua poros saja, yang pertama adalah lurusnya aqidah dan yang kedua adalah lurus manhajnya. Akan tetapi poros-poros itu masih terlalu umum bagi kita untuk pahami, jadi kami menjabarkannya lebih luas lagi pada 9 point di atas.

Dari Abu Dzar, Nabi ﷺ bersabda,

إنكم اليوم في زمان كثير علماؤه، قليل خطباؤه، من ترك عشر ما يعرف فقد هوى، ويأتي من بعد زمان كثير خطباؤه، قليل علماؤه، من استمسك بعشر ما يعرف فقد نجا

“Sungguh, hari ini kalian berada pada zaman yang banyak ulamanya dan sedikit penceramahnya. Karena itu, barang siapa yang meninggalkan sepersepuluh dari yang diketahuinya maka dia akan binasa. Dan sungguh, kelak akan tiba suatu zaman yang banyak penceramahnya dan sedikit ulamanya. Pada Waktu Itu, barang siapa yang berpegang teguh kepada sepersepuluh dari yang diketahuinya maka dia akan selamat.” [Silsilah Hadits Shahih No. 2510]

Di akhir pembahasan ini kami hendak menukil beberapa atsar dan perkataan para ulama yang mana ini menjadi sanggahan bagi mereka yang sembarangan mengambil ilmu tanpa memilah dan memilih guru.

Abu Bakar Muhammad bin Sirin رحمه الله (Tabi'in, wafat tahun 110 H) mengatakan,

إن هذا العلم دين فانظرو عمن تأخذون دينكم

"Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian."

Dikisahakan juga suatu ketika pernah ada dua orang dari pengekor hawa nafsu dan bid'ah masuk ke dalam majelis Muhammad bin Sirin, maka keduanya berkata, “Wahai Abu Bakar, maukah kami bacakan kepadamu sebuah hadits?” Jawabnya, “Tidak.” Maka keduanya berkata lagi, “Jika begitu kami bacakan kepadamu sebuah ayat dari kitab Allah subhanahu wata'ala.” Ia jawab, “Tidak, pergilah kamu dariku atau aku yang pergi.” Maka keduanya keluar. Kemudian sebagian orang (murid Abu Bakar Muhammad bin Sirin) bertanya kepadanya, “Wahai Abu Bakar, mengapa anda enggan mendengarkan sebuah ayat dari kitab Allah subhanahu wata'ala yang hendak ia bacakan kepadamu?” Jawabnya, “Sesungguhnya aku takut ia membacakan kepadaku sebuah ayat lalu ia menyelewengkan (makna)nya, sehingga hal itu menghujam di dalam hatiku.” [Dikeluarkan oleh Ad-Daarimi (397) dan Al-Laalikaa'i dengan sanad yang shahih]

Anas bin Malik رضي الله عنه pernah didatangi oleh seseorang dan berkata padanya, “Wahai Abu Hamzah, aku menjumpai sebuah kaum yang mendustakan syafa'at dan adzab kubur.” Maka beliau katakan, “Mereka adalah para pendusta, maka janganlah kamu duduk-duduk bersama mereka.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah (2/448) dan Sanadnya Ia ba'sa bihi]

Ibnu 'Abbas رضي الله عنه berkata, “Janganlah kamu duduk-duduk bersama pengekor hawa nafsu dan bid'ah karena hal itu akan menjadikan hatimu sakit.” [Isnadnya Shahih, lihat Asy-Syarii'ah (atsar no. 55) dan dikeluarkan pula oleh Ibnu Baththah (619) dari jalan Al-Ajurrz]

Wa shalallahu 'ala nabiyyina Muhammad...

You Might Also Like

0 komentar: